MUSIK
KHAS SUKU BADUI
Sedikit tentang suku badui, salah satu suku yang
terdapat di wilayah Jawa Barat ini sangat terkenal karena kebudayaannya yang
masih sangat dekat dengan alam sehingga tidak mau dicampuri dengan berbagai hal
duniawi apalagi modernitas.Misalnya saja produk peralatan kebersihan tubuh yang
biasa digunakan oleh masyarakat modern, tidak diperbolehkan untuk dibawa
kedalam wilayah Badui karena takut akan terjadinya pencemaran.
Suku badui memiliki alat dan seni musik yang khas yaitu
Angklung Kanekes dan Ritual Tanam Padi.
1. Filosofi
Angklung Kanekes
Bagi sebagian orang, apalagi masyarakat
modern, mugkin angklung hanyalah alat music biasa yang digunakan untuk mengiringi
nyanyian tertentu dan bersifat menghibur orang yang mendengarkan atau menontonnya.Namun
di Kanekes, sepertinya budaya angklung bukan semata – mata sebagai media
hiburan saja. Seni memainkan angklung sama halnya dengan seni menata kehidupan bermasyarakat
karena karakter angklung yang dimainkan oleh satu dengan yang lain berbeda, hal
tersebut serupa dengan karakter tiap orang dalam kehidupan masyarakat.
Namun perbedaan tersebut ternyata bukan
menimbulkan huru – hara, melainkan memunculkan nilai estetika sendiri yang membuat
pendengar menjadi merasa terhibur karena bebunyian yang menarik itu.Hal ini menandakan
bahwa angklung merupakan alat musik yang memadukan antara perbedaan, toleransi,
kerjasama, dan kebersamaan yang memainkannya sehingga bunyi yang dihasilkan bersifat
harmonis. Keharmonisan tersebut kemudian harus dijaga agar senantiasa terus mengalunkan
keindahan. Sama halnya dengan nilai – nilai toleransi, kerjasama, dan kebersamaan
yang harus dijaga oleh masyarakat Kanekes atau suku Badui tersebut untuk tetap memberikan
harmonisasi kehidupan yang bernilaiadiluhur.
2. ANGKLUNG
KANEKES
Pada dasarnya, penggunaan angklung
yang berada di daerah Kanekes ini hanya dimainkan pada saat ritual yang
berkaitn dengan padi. Jadi, salah jika kemudian keberadaannya hanya untuk hura
– hura dan hiburan. Biasanya, angklung kanekes ini akan dibunyikan jika tiba masa
tanam padi lading. Cara memainkannya pun terdapat perbedan antara Badui Dalam dan
Badui luar. Warga Badui Dalam memainkannya secara bebas. Sementara itu, Badui Luar
memainkannya dengan cara ritis khusus. Meski begitu angklung ini hanya dimainkan
pada masa penanaman padi hingga masa mengobati padi yang biasanya dilakukan tiga
bulan setelah masa tanam, angklung kanekesm asih bisa dimainkan sepanjang tidak
berlebihan dan tidak bersifat hura – hura.
Setelah lewat masa ini, alat music apa
pun tidak boleh dimainkan hingga masa tanam
kembali datang. Adat yang mengatur penutupan penggunaan angklung ini disebut dengan
musung keunangklung atau menitipkan angklung agar disimpan.
Setiap angklung dan bedug dalam
proses kesenian angklung kanekes ini mempunyai nama. Adapun nama – nama anklung
kanekes dilihat dari ukurannya, mulai yang terbesar hingga yang kecil. Yakni Indung,
Ringung, Dongdong, Gunjing, Engklk, Indung Leutik, Torolokdan Roel. Roel merupakan
dua buah angklung sementara, nama – nama bedug dari yang terpanjang hingga yang
pendek adalah Talingtit dan Ketut.
Berikut ini merupakan gambar –
gambar dari angklung kanekes:
Gambar 1.1 orang baduy membawa angklung kanekes |
Gambar 1.2 para kaum lelaki sedang memainkan angklung kanekes |
3. Lagu
– lagu Masa TanamPadi
Terkait angklung Kanekes yang
penggunaannya di luar masa tanam atau masa pengobatan padi, agklung kanekes akan
dimainkan hanya untuk hiburan tepat pada malam terang bulan dan tidak ada hujan
.lokasi yang dipakai biasanya di buruan, sebuah nama untuk menyebut halaman luas
di area desa.
Lagu - lagu yang biasa dinyanyikan oleh
masyarakat Suku Badui adalah sebagai berikut:
-
Lutung Kasarung
-
Yandu Bibi
-
Ceuk Arileu
-
Oray – orayan
-
Dengdang
-
Yari Gandang
-
Oyong – oyong Bangkong
-
Badan Kula
-
Kokoloyoran
-
Ayun – ayunan
-
Pileuleuyan
-
Rangda Ngendong
Biasanya,
jumlah pemain angklung kanekes ada delapan orang, ditambah tiga orang yang
bertugas menabuh bedug kecil. Mereka berdiri sambil berjalan dan menari sederhana
membentuk jalan melingkar. Ini hanya bisa dilakukan kaum laki – laki saja,
perempuan tidak diperkenankan. Hubungan semacam ini hanya ada di Badui Luar,
sementara Badui Dalam menganggap hal ini menyalahi adat dana turan patangan. Bagi
warga Badui Dalam, angklung hanya dimainkan pada acara ritual saja.
Sumber:
-http://amroonk.blogspot.com/
-https://musikangklung.wordpress.com/page/2/
-http://www.pikiran-rakyat.com/node/190452
-http://www.anneahira.com/angklung-kanekes.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar