Rabu, 11 Juni 2014

Baduy culture

MUSIK KHAS SUKU BADUI

Sedikit tentang suku badui, salah satu suku yang terdapat di wilayah Jawa Barat ini sangat terkenal karena kebudayaannya yang masih sangat dekat dengan alam sehingga tidak mau dicampuri dengan berbagai hal duniawi apalagi modernitas.Misalnya saja produk peralatan kebersihan tubuh yang biasa digunakan oleh masyarakat modern, tidak diperbolehkan untuk dibawa kedalam wilayah Badui karena takut akan terjadinya pencemaran.
Suku badui memiliki alat dan seni musik yang khas yaitu Angklung Kanekes dan Ritual Tanam Padi.

1.      Filosofi Angklung Kanekes
Bagi sebagian orang, apalagi masyarakat modern, mugkin angklung hanyalah alat music biasa yang digunakan untuk mengiringi nyanyian tertentu dan bersifat menghibur orang yang mendengarkan atau menontonnya.Namun di Kanekes, sepertinya budaya angklung bukan semata – mata sebagai media hiburan saja. Seni memainkan angklung sama halnya dengan seni menata kehidupan bermasyarakat karena karakter angklung yang dimainkan oleh satu dengan yang lain berbeda, hal tersebut serupa dengan karakter tiap orang dalam kehidupan masyarakat.
Namun perbedaan tersebut ternyata bukan menimbulkan huru – hara, melainkan memunculkan nilai estetika sendiri yang membuat pendengar menjadi merasa terhibur karena bebunyian yang menarik itu.Hal ini menandakan bahwa angklung merupakan alat musik yang memadukan antara perbedaan, toleransi, kerjasama, dan kebersamaan yang memainkannya sehingga bunyi yang dihasilkan bersifat harmonis. Keharmonisan tersebut kemudian harus dijaga agar senantiasa terus mengalunkan keindahan. Sama halnya dengan nilai – nilai toleransi, kerjasama, dan kebersamaan yang harus dijaga oleh masyarakat Kanekes atau suku Badui tersebut untuk tetap memberikan harmonisasi kehidupan yang bernilaiadiluhur.



2.      ANGKLUNG KANEKES
Pada dasarnya, penggunaan angklung yang berada di daerah Kanekes ini hanya dimainkan pada saat ritual yang berkaitn dengan padi. Jadi, salah jika kemudian keberadaannya hanya untuk hura – hura dan hiburan. Biasanya, angklung kanekes ini akan dibunyikan jika tiba masa tanam padi lading. Cara memainkannya pun terdapat perbedan antara Badui Dalam dan Badui luar. Warga Badui Dalam memainkannya secara bebas. Sementara itu, Badui Luar memainkannya dengan cara ritis khusus. Meski begitu angklung ini hanya dimainkan pada masa penanaman padi hingga masa mengobati padi yang biasanya dilakukan tiga bulan setelah masa tanam, angklung kanekesm asih bisa dimainkan sepanjang tidak berlebihan dan tidak bersifat hura – hura.
Setelah lewat masa ini, alat music apa pun tidak boleh dimainkan hingga  masa tanam kembali datang. Adat yang mengatur penutupan penggunaan angklung ini disebut dengan musung keunangklung atau menitipkan angklung agar disimpan.
Setiap angklung dan bedug dalam proses kesenian angklung kanekes ini mempunyai nama. Adapun nama – nama anklung kanekes dilihat dari ukurannya, mulai yang terbesar hingga yang kecil. Yakni Indung, Ringung, Dongdong, Gunjing, Engklk, Indung Leutik, Torolokdan Roel. Roel merupakan dua buah angklung sementara, nama – nama bedug dari yang terpanjang hingga yang pendek adalah Talingtit dan Ketut.





Berikut ini merupakan gambar – gambar dari angklung kanekes:



Gambar 1.1
orang baduy membawa angklung kanekes



Gambar 1.2
para kaum lelaki sedang memainkan angklung kanekes 





3.      Lagu – lagu Masa TanamPadi
Terkait angklung Kanekes yang penggunaannya di luar masa tanam atau masa pengobatan padi, agklung kanekes akan dimainkan hanya untuk hiburan tepat pada malam terang bulan dan tidak ada hujan .lokasi yang dipakai biasanya di buruan, sebuah nama untuk menyebut halaman luas di area desa.
Lagu - lagu yang biasa dinyanyikan oleh masyarakat Suku Badui adalah sebagai berikut:

-          Lutung Kasarung
-          Yandu Bibi
-          Ceuk Arileu
-          Oray – orayan
-          Dengdang
-          Yari Gandang
-          Oyong – oyong Bangkong
-          Badan Kula
-          Kokoloyoran
-          Ayun – ayunan
-          Pileuleuyan
-          Rangda Ngendong

Biasanya, jumlah pemain angklung kanekes ada delapan orang, ditambah tiga orang yang bertugas menabuh bedug kecil. Mereka berdiri sambil berjalan dan menari sederhana membentuk jalan melingkar. Ini hanya bisa dilakukan kaum laki – laki saja, perempuan tidak diperkenankan. Hubungan semacam ini hanya ada di Badui Luar, sementara Badui Dalam menganggap hal ini menyalahi adat dana turan patangan. Bagi warga Badui Dalam, angklung hanya dimainkan pada acara ritual saja.

 


 Sumber: 

-http://amroonk.blogspot.com/

-https://musikangklung.wordpress.com/page/2/

-http://www.pikiran-rakyat.com/node/190452

-http://www.anneahira.com/angklung-kanekes.htm



Tidak ada komentar:

Posting Komentar